Ada yang ingin bersahabat dengan orang lain karena ada kepentingan dibaliknya, entah karena uang, kedudukan social, atau kepentingan pribadi lain yang tulus dan tentu tidak bisa di ukur dengan harta sebanyak apapun.
Uang adalah barang
“titipan” yang tidak lebih penting bila dibandingkan dengan nyawa diri sendiri.
Bila telah meninggal, mana mungkin kita mempunyai kesempatan untuk menikmatinya
? Memandang uang melebihi segala-galanya benar-benar merupakan yang sangat
keliru.
Bila uang sudah “bekerja”
dan di junjung tinggi di atas kebijaksanaan, akibatnya adalah ketidak adilan.
Musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri, yaitu keserakahan dan tamaknya
sendiri.
Sebagai seorang karyawan
yang baik seharusnya, mengerti patuh terhadap kewajiban yang harus di
sangkutkan. Selain itu, semangat tidak pilih kasih, tidak mencampur adukan
perasaan pribadi dengan hukum peraturan yang berlaku merupakan satu metode yang
memiliki arti positif.
Mungkin bagi mereka yang
selalu berbuat semena-mena terhadap orang lain telah terbiasa pula mengerjai
orang dengan cara yang keji dan menghalalkan segala cara. Tapi pada suatu saat
nanti mungkin keadaan akan berbalik, dan dia harus menghadapi apa yang telah
dia lakukan terhadap orang lain. Menghadapi atau mengerjakan sesuatu tidak
seharusnya kila selalu menggunakan cara yang kasar. Terhadap seseorang yang
bersalah namun masih bisa kita selamatkan dan didik kembali, bila “waktu” dan
“cara”-nya tepat, pasti kita akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Orang yang sangat malas
selalu berkhayal hidup dalam kekayaan dan kemewahan, tetapi dia tidak pernah
berikhtiar untuk bekerja keras sehingga dia pun hidup dalam kemiskinan dan
kemelaratan. Mereka rela menderita kerugian besar hanya karena ingin
memenangkan pertaruhan yang sangat sepele. Itu adalah sikap orang yang pemalas.
Kita harus peka terhadap situasi yang ada. Jangan sampai merelakan sesuatu yang
penting hanya karena ingin menyelamatkan yang sepele.
Kehidupan yang bahagia
tidak bisa kita dapatkan dengan bermimpi atau berkhayal saja. Sampai kapan pun,
jangan kita pernah berharap akan mendapatkan dengan gampang dan instan. Hanya
bekerja rajin barulah mungkin apa yang kita dambakan itu terwujud menjadi
kenyataan. Barang siapa dengan tekun dan tekad yang kuat mengasah, pentung besi
yang besarpun bahkan bisa jadi jarum yang sangat halus. Barang siapa
bersungguh-sungguh dan tekun, pekerjaan seberat apapun yang kelihatan mustahil akan terselesaikan dengan baik dan berhasil.
Belajar memerlukan semangat
dan tekat yang konsisten, bukan hanya dengan semangat yang bersifat spontan.
Kita harus selalu mengasah keuletan, iman, dan tekat kita untuk berjuang.
Sebuah pencapaian yang hendak kita raih, semakin besar pula pengorbanan yang
harus kita berikan.
Ciao gaiiis….!! See you
next time..
Subang,
3 Juni 2014
~ ivool insight ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tingkalkan pesan