Surat Al Qashash 77, yang berbunyi :
Bismillaahir rahmaanir rahiim.
“Dengan menyebut nama Allah yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
Artinya :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Di dalam Surat Al Qashash 77 tersebut terdapat 4 (empat) pokok pikiran yang merupakan butir – butir mutiara indah dan dapat kita jadikan sebagai pedoman / tuntunan dalam hidup dan berkehidupan. Butir – butir mutiara indah dalam Surat Al Qashash 77 tersebut adalah
sebagai berikut :
Butir Mutiara Indah Pertama
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat”.
Pokok pikiran ini memberikan
petunjuk kepada manusia agar mencari / mengejar kebahagiaan abadi di akhirat
yang berupa Jannatun Naim. Orang Jawa sering berkata dengan ungkapan yang
singkat tetapi penuh makna, “Urip iku
mung mampir ngombe”. Artinya hidup dan kehidupan di dunia itu hanya sementara
dan sangat singkat. Filosofi ini memberikan arahan bahwa sehabis kehidupan di
dunia masih ada kehidupan yang kekal yaitu di alam akhirat. Dan kehidupan yang
ditunggu – tunggu di akhirat ini
tidak lain adalah Surga Allah yang di bawahnya mengalir sungai – sungai. Itulah sebabnya Orang
Jawa menyebut orang yang telah meninggal itu sebagai “Jenat”, berasal dari
Bahasa Arab yaitu Jannah yang artinya Surga. Dalam Bahasa Jawa
yang halus (kromo inggil), orang yang
meninggal disebut sebagai “Suargi” (Surga), seperti : Suargi Mbah Kromo, Suargi
Mbah Bejo, dst. Dengan demikian secara tidak langsung tercermin cita – cita /
keinginan nenek moyang kita dahulu yaitu untuk mencapai kehidupan abadi di
Surga. Allah telah berjanji bahwa bagi orang – orang yang beriman dan berbuat
kebajikan telah disediakan surga yang di dalamnya mengalir sungai – sungai, setiap mereka diberi rizki buah - buahan dalam surga - surga itu, serta di
dalamnya ada isteri - isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya, seperti yang tersebut dalam Surat Al Baqarah ayat 25.
Setiap orang ingin mencapai surga Allah. Untuk mencapainya tidaklah mudah. Rukun Islam
yang ada 5 (lima) merupakan bentuk ibadah yang harus dilakukan. Itu saja
tidaklah cukup. Banyak hal yang harus dilakukan dan banyak pula hal yang harus
ditinggalkan, sesuai dengan syariat agama. Bahkan tutur kata, sikap, perilaku
dan perbuatan kita bisa dengan mudah mengantarkan atau menggagalkan kita untuk
mencapai Surga Allah. Satu hal yang pasti bahwa semuanya menjadi otoritas Al
Khaliq. Sering terjadi apa yang ditentukan oleh manusia tidak selalu sama
dengan ketentuan Allah.
Budayawan Emha Ainun Nadjib
bahkan memberikan syair “Tombo Ati” yang isinya sebagai berikut :
“Tombo ati iku limang perkara
Kaping pisan, maca Qur’an sakmaknane
Kaping pindo, Sholat wengi
lakonono
Kaping telu, wong kang sholeh
kumpulono
Kaping papat, weteng kudu
betah luwe
Kaping lima, dzikir wengi
ingkang suwe
Salah sawijine sopo biso
ngelakoni
Insya Allah Gusti Pangeran
ngijabahi”
Yang artinya :
“Ada lima obat penentram jiwa
Yang pertama, membaca Al
Qur’an dengan menyelami maknanya
Yang kedua, Sholat malam
lakukanlah
Yang ketiga, berkumpul dengan
orang shaleh
Yang keempat, perut harus tahan lapar
Yang kelima, dzikir malam yang
lama
Salah satunya siapa bisa
menjalankan
Insya Allah, Allah SWT akan mengabulkan”
Syair yang digubah dan
dikumandangkan oleh Emha Ainun Nadjib tersebut sebenarnya bukan saja untuk
memperoleh ketenangan hati / jiwa di dunia saja, akan tetapi juga merupakan
jalan menuju Surga Allah. Syair tersebut sederhana
tetapi maknanya sangat luar biasa, sangat dalam. Apalagi kalau dilagukan dengan
iringan musik, syair tersebut betul – betul bisa membuat ketenangan hati dan
jiwa pendengarnya.
Sementara itu, El Hakim
(Abu Hanifah) lewat puisinya menyatakan bahwa untuk mencapai surge tidaklah
mudah, harus melalui proses pendekatan diri kepada Allah. Puisi yang berjudul
“Pertemuan” karya El Hakim berikut ini memberikan gambaran tentang hal
tersebut.
“PERTEMUAN”
Meniti tasbih
Malam pelan – pelan dan
burung pedasih
Menggaris gelap di kejauhan
Kemudian adalah pesona
Wajah-Nya tersandar ke kaca
jendela
Memandang kita
Memandang kita lama - lama
“ Demikianlah Nabi telah
dititahkan
Demikianlah sunyi telah
diturunkan
Dan demikian pula, manusia
dikirim ke bumi
yang terbentang dari surga
yang telah ditutupkan “
Dan kini tinggalah cinta
yang memancar
Dari sunyi balik kaca
jendela
Secara singkat puisi
tersebut mengandung makna bahwa seseorang yang ingin berjumpa dengan Tuhan
harus mau berdzikir, bermunajat, bermujahadah. Setelah itu, baru Allah memberi
tahu manusia bahwa segalanya adalah kehendak Illahi. Dan pada akhirnya adalah
sebuah pertanyaan bagi manusia (kita), “dapatkah kita mencapai Surga ?”
Butir Mutiara Indah Kedua
“Dan
janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi”.
Dalam kehidupan sehari –
hari sering kita jumpai nasihat “eling
akhirat aja lali donyane”. Kalau kita jabarkan dan kita kembangkan,
perintah Allah tersebut sangat luar biasa. Di dalamnya terkandung
perintah agar manusia tidak hanya mencari bekal akhirat, tetapi juga bekal
hidup di dunia.
Kepada manusia telah
diberikan potensi IQ, EQ, SQ dan potensi - potensi lain. Kepada manusia juga
diberikan kompetensi yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Bahkan kepada manusia diberikan keahlian / kemakmuran yang berbeda.
Kesemuanya diberikan oleh Allah agar manusia bisa berkarya untuk mencari bekal
kehidupan.
Alam semesta (jagad raya) diciptakan untuk manusia. Dengan potensi yang
dimiliki, manusia dapat mengolah, mengusahakan, mengeksplorasi alam untuk
kepentingan umat manusia. Karena itu, di dalam Al Qur’an terdapat banyak ayat
yang isinya merupakan perintah agar manusia dapat menggunakan akal fikirannya.
Sebagai salah satu contoh yaitu Surat Ali Imran ayat 190, yang berbunyi :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda – tanda bagi orang
– orang yang berakal”.
Melalui ayat ini, manusia diperintah oleh Allah untuk memberdayakan akal fikirannya guna
mengolah bumi dan alam seisinya agar bisa memberikan manfaat (barokah) bagi dirinya. Artinya manusia diperintah
untuk bekerja (dengan keras) agar memperoleh penghasilan yang cukup dan
memiliki kehidupan yang patut.
Ayat ini sekaligus merupakan pencerminan bahwa Allah menghendaki agar
manusia tidak malas dalam bekerja. Orang yang malas bekerja jangankan
bisa bermanfaat untuk orang lain, untuk mencukupi dirinya sendiri pun pasti
tidak akan bisa. Seperti Hadist Nabi yang berarti, “Bekerjalah sekuat kemampuanmu seakan - akan kamu hidup selama - lamanya, dan
beribadahlah sekuat kemampuanmu seakan – akan kamu akan mati esok pagi”.
Orang yang rajin bekerja
akan memperoleh hasil yang sepadan dengan pekerjaannya. Akan tetapi perlu
diingat bahwa penghasilan seseorang tidak selalu dapat diukur dari volume dan jenis pekerjaannya. Banyak fakta menunjukkan bahwa penghasilan seseorang lebih banyak ditentukan oleh kualitas
pekerjaan dan keahliannya. Kita juga sering melihat kenyataan adanya
orang yang sudah membanting tulang siang – malam, akan tetapi penghasilannya
tetap pas – pasan. Ini semua merupakan hak prerogatif Allah untuk
menentukannya.
Sudah menjadi kodrat alam bahwa di dunia ada yang kaya dan ada pula yang
miskin. Ada yang rajin bekerja dan ada pula yang malas. Oleh karena itu hendaknya manusia rajin bekerja dan rajin
berdo’a agar memiliki kehidupan yang layak bahkan bisa lebih berkecukupan.
Butir Mutiara Indah Ketiga
“Berbuat baiklah kepada orang lain seperti halnya Allah telah berbuat
baik kepadamu”.
Sebenarnya Allah telah
memberikan fasilitas kehidupan bagi manusia. Kalau kita mau merenung, kita
dapat melihat, mendengar, merasakan, membau dan menikmati apa yang
dianugerahkan Allah kepada kita. Hanya karena setiap saat (tanpa henti) secara otomatis manusia menikmatinya selama hidup, manusia tidak merasa bahwa ada karunia Allah yang tidak ternilai
harganya bagi kehidupan. Bahkan manusia sering lupa dan tidak bersyukur. Sebagai contoh adalah Oksigen yang
selama hidup di dunia manusia selalu memerlukannya. Itu
baru satu item yang namanya oksigen. Belum lagi yang lain – lain yang diberikan
oleh Allah kepada manusia. Itulah sebabnya Allah berfirman dalam Surat An-Nahl
ayat 18,
Yang artinya :
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah,
niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Ketika manusia telah
mengetahui bahwa Allah telah berbuat baik kepada manusia hendaknya manusia harus berbuat baik kepada
orang lain. Al Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 85, memberikan
petunjuk tentang hal itu.
Artinya :
“Barang siapa memberi
pertolongan dengan pertolongan yang baik, niscaya dia akan memperoleh bagian
dari (pahala)-nya. Dan barang siapa memberi pertolongan yang buruk, niscaya dia
akan memikul bagian dari (dosa)-nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Pada butir mutiara indah kedua telah diuraikan bahwa
Allah memerintahkan manusia untuk rajin bekerja sehingga bisa memperoleh
penghasilan yang cukup (bahkan lebih) agar memiliki kehidupan yang layak dan
patut. Perintah ini sesungguhnya memiliki implikasi
yaitu agar manusia yang telah berhasil (sukses) hidupnya mau dan senang menolong, senang berbagi, gemar bersodaqoh, tidak
kikir, tidak egois (lebih – lebih bengis dan sadis), dan mau mengembangkan jiwa
kesetiakawanan sosial serta solidaritas yang tinggi terhadap sesama. Tidak hanya itu, perilaku simpati yang tidak menyakiti, tutur kata
santun, perangai yang ramah, tidak mencaci – maki harus dikembangkan. Kita bisa membayangkan betapa indahnya dunia ini jika hal
demikian bisa terwujud. Subhanallah
Butir Mutiara Indah Keempat
“Janganlah berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang – orang yang berbuat kerusakan”.
Pada awal tulisan ini telah diterangkan bahwa
manusia ditunjuk oleh Allah sebagai Khalifah Allah di bumi. Ini berarti manusia
diutus untuk menjaga kelestarian alam semesta ini. Alam lingkungan, marga
satwa, lautan dengan flora dan faunanya, dll menjadi tanggung jawab manusia
untuk menjaga dan merawatnya.
Pada saat ini telah
terjadi berbagai kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh manusia. Oksigen pun
telah tercemari oleh polusi, hutan yang berfungsi sebagai jantung dunia pun
telah dirusak karena pembalakan liar, sungai – sungai keruh, air yang tercemar dan penuh sampah merupakan
wujud kerusakan alam dan lingkungan. Kalau hal ini tidak disadari oleh manusia
dan perusakan lingkungan tetap dilakukan, berarti manusia telah gagal dalam
menjalankan tugasnya sebagai Khalifah Allah di muka bumi.
Allah Maha Pengampun,
karena itu marilah kita bersama – sama memohon ampun kepada-Nya dan tidak lagi
melakukan perusakan di bumi. Kita bangun dan tata kembali lingkungan yang bersih, sehat, indah,
segar,bermanfaat demi kehidupan yang akan datang, entah sampai kapan dunia ini
akan ditutup dan diakhiri oleh Al-Khaliq, Allah SWT. Marilah kita menjadi
pahlawan - pahlawan lingkungan demi masa depan anak cucu Adam ini. Wallahua’lam bissawab
~ ivool insight ~
Source : Al Qur’an, Al Qashas 77, ivool insight, istalastu, slideshare
T A G S :
syaiful, syatir, insight, ivool, andy nuryadmanto,
istalastu, istana langit, company, culture, download, food, general, health, japan,
jakarta, kuta, kuliner, manajemen, massage, management, network, otomotif,
page, social, syur, self, development, pdf, tea, training, tips, video, wine, yellowpages,
3gp, engine.
Sponsored
Link :
Way
of life
Social
Media
I
think you will find this useful
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tingkalkan pesan