Seorang sahabat bertanya tentang jiwa yang sembuh
sekaligus sudah pulang kepada seorang Guru, dengan lembut Guru ini menjawab:
“jiwa yang sudah pulang biasanya berhenti mencari, karena sudah menemukannya di
dalam diri”.
Sumur Tanpa Dasar
Biasanya manusia baru berhenti mencari setelah
tubuhnya sakit. Sebagian bahkan dihentikan oleh kematian. Meminjam pesan sebuah
buku suci dari Tibet: “Jika di hidup ini Anda tidak ketemu yang dicari, maka
setelah kematian juga tidak ketemu”. Sebagai akibatnya, perjalanan jiwa seperti
sumur tanpa dasar. Menggali, menggali dan menggali, tapi sepanjang perjalanan
penuh kegelapan. Tidak ada tanda-tanda cahaya di sana.
Sebagian kecil sahabat perjalanannya bahkan gelap
sekali seperti menghuni rumah sakit jiwa, menghuni rumah tahanan, terkena
hiv/aids, narkoba. Berkontemplasi dari sini, layak direnungkan pilihan
kehidupan yang mencari, mencari, mencari, kemudian kelelahan, sakit-sakitan,
menjadi beban banyak orang.
Danau Indah Berkecukupan
Akibat langsung kegiatan mencari tanpa henti adalah
defisit energi yang menjadi sumber stres dan penyakit. Sehingga tidak ada
pilihan lain kalau mau sembuh dan damai, belajar menghentikan energi mencari
tanpa henti ini. Salah satu kekuatan di dalam yang bisa menghentikan energi
mencari adalah rasa berkecukupan. Semiskin apa pun Anda, sesederhana apa pun
Anda, dengan berkecukupan Anda akan merasa kaya di dalam.
Kodok adalah simbol mahluk yang terus mencari. Ia
lompat ke sana lompat ke mari. Dan tidak pernah menemukan di mana madu berada.
Kupu-kupu adalah simbol mahluk indah yang ketemu madu kehidupan. Tanpa melompat
sana-sini, kupu-kupu langsung terbang menuju titik pusatnya bunga. Dan di sana
ia menemukan madu yang sesungguhnya.
Kehidupan serupa lingkaran yang berputar.
Malam-siang, gagal-sukses, dicaci-dipuji semuanya berputar. Di pinggir
lingkaran, terjadi banyak guncangan (sedih-senang, bad mood-good mood). Di
titik pusat lingkaran, tidak ada guncangan hanya kedamaian. Inilah madunya
kehidupan. Dan berkecukupan adalah kekuatan yang bisa menghantar seseorang
menuju titik pusat lingkaran. Yang paling indah, di titik pusat lingkaran,
kehidupan mirip dengan danau indah berkecukupan. Semuanya serba tenang dan
indah.
Bunga Cinta
Serupa pohon yang diam tapi mengolah racun karbon
dioksida manjadi oksigen yang sangat dibutuhkan, jiwa-jiwa indah yang bermukim
di danau indah berkecukupan kelihatannya diam. Tapi di kedalaman yang dalam, ia
mengolah bahan-bahan kehidupan menjadi cahaya kehidupan. Masa lalu penuh
pelajaran, masa depan penuh kesempatan pelayanan, masa kini adalah tempat di
mana semua sampah diolah jadi bunga indah. Itu sebabnya meditasi memfokuskan
diri pada pentingnya hadir sepenuhnya di saat ini. Dari rahim kekinian inilah
kemudian lahir bayi pelayanan.
Pelayanan serupa taman terindah bagi jiwa-jiwa yang
indah. Bunda Teresa, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Thich Nhat Hanh semuanya
tumbuh indah di taman pelayanan. Mahatma Gandhi bahkan sangat eksplisit dalam
hal ini: “cara terbaik untuk menemukan diri adalah melenyapkan diri di tengah
pelayanan pada orang lain”. Bagi jiwa biasa, pelayanan itu kewajiban yang
menyakitkan. Ia diancam neraka dan rasa bersalah. Bagi jiwa yang indah,
pelayanan seperti taman bagi kupu-kupu.
Ia yang menghabiskan banyak waktu di taman pelayanan
mengerti, tidak saja di luar sana kita melihat bunga mekar. Di dalam sini juga
ada bunga mekar. Ia adalah bunga cinta. Ia adalah bunga terindah yang pernah
mekar. Di titik ini, jiwa tidak lagi mencari belahan jiwa. Terutama karena
cinta itulah belahan jiwa yang sesungguhnya.
========
Source : www.gedepramascompassion.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tingkalkan pesan