Sabtu, 05 April 2014

Surat Al Qashash 77



Surat Al Qashash 77, yang berbunyi :  
Bismillaahir rahmaanir rahiim.
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”



Artinya :

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

            Di dalam Surat Al Qashash 77 tersebut terdapat 4 (empat) pokok pikiran yang merupakan butir – butir mutiara indah dan dapat kita jadikan sebagai pedoman / tuntunan dalam hidup dan berkehidupan. Butir – butir mutiara indah dalam Surat Al Qashash 77 tersebut adalah sebagai berikut :


Butir Mutiara Indah Pertama
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat”.

            Pokok pikiran ini memberikan petunjuk kepada manusia agar mencari / mengejar kebahagiaan abadi di akhirat yang berupa Jannatun Naim. Orang Jawa sering berkata dengan ungkapan yang singkat tetapi penuh makna, “Urip iku mung mampir ngombe”. Artinya hidup dan kehidupan di dunia itu hanya sementara dan sangat singkat. Filosofi ini memberikan arahan bahwa sehabis kehidupan di dunia masih ada kehidupan yang kekal yaitu di alam akhirat. Dan kehidupan yang ditunggu – tunggu di akhirat ini tidak lain adalah Surga Allah yang di bawahnya mengalir sungai – sungai. Itulah sebabnya Orang Jawa menyebut orang yang telah meninggal itu sebagai “Jenat”, berasal dari Bahasa Arab yaitu Jannah yang artinya Surga. Dalam Bahasa Jawa yang halus (kromo inggil), orang yang meninggal disebut sebagai “Suargi” (Surga), seperti : Suargi Mbah Kromo, Suargi Mbah Bejo, dst. Dengan demikian secara tidak langsung tercermin cita – cita / keinginan nenek moyang kita dahulu yaitu untuk mencapai kehidupan abadi di Surga. Allah telah berjanji bahwa bagi orang – orang yang beriman dan berbuat kebajikan telah disediakan surga yang di dalamnya mengalir sungai – sungai, setiap mereka diberi rizki buah - buahan dalam surga - surga itu, serta di dalamnya ada isteri - isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya, seperti yang tersebut dalam Surat Al Baqarah ayat 25.

 
            Setiap orang ingin mencapai surga Allah. Untuk mencapainya tidaklah mudah. Rukun Islam yang ada 5 (lima) merupakan bentuk ibadah yang harus dilakukan. Itu saja tidaklah cukup. Banyak hal yang harus dilakukan dan banyak pula hal yang harus ditinggalkan, sesuai dengan syariat agama. Bahkan tutur kata, sikap, perilaku dan perbuatan kita bisa dengan mudah mengantarkan atau menggagalkan kita untuk mencapai Surga Allah. Satu hal yang pasti bahwa semuanya menjadi otoritas Al Khaliq. Sering terjadi apa yang ditentukan oleh manusia tidak selalu sama dengan ketentuan Allah.

            Budayawan Emha Ainun Nadjib bahkan memberikan syair “Tombo Ati” yang isinya sebagai berikut :

“Tombo ati iku limang perkara
Kaping pisan, maca Qur’an sakmaknane
Kaping pindo, Sholat wengi lakonono
Kaping telu, wong kang sholeh kumpulono
Kaping papat, weteng kudu betah luwe
Kaping lima, dzikir wengi ingkang suwe
Salah sawijine sopo biso ngelakoni
Insya Allah Gusti Pangeran ngijabahi” 
Yang artinya :
“Ada lima obat penentram jiwa
Yang pertama, membaca Al Qur’an dengan menyelami maknanya
Yang kedua, Sholat malam lakukanlah
Yang ketiga, berkumpul dengan orang shaleh
Yang keempat,  perut harus tahan lapar
Yang kelima, dzikir malam yang lama
Salah satunya siapa bisa menjalankan
Insya Allah,  Allah SWT akan mengabulkan”

            Syair yang digubah dan dikumandangkan oleh Emha Ainun Nadjib tersebut sebenarnya bukan saja untuk memperoleh ketenangan hati / jiwa di dunia saja, akan tetapi juga merupakan jalan menuju Surga Allah. Syair tersebut sederhana tetapi maknanya sangat luar biasa, sangat dalam. Apalagi kalau dilagukan dengan iringan musik, syair tersebut betul – betul bisa membuat ketenangan hati dan jiwa pendengarnya.
            Sementara itu, El Hakim (Abu Hanifah) lewat puisinya menyatakan bahwa untuk mencapai surge tidaklah mudah, harus melalui proses pendekatan diri kepada Allah. Puisi yang berjudul “Pertemuan” karya El Hakim berikut ini memberikan gambaran tentang hal tersebut.

“PERTEMUAN”
Meniti tasbih
Malam pelan – pelan dan burung pedasih
Menggaris gelap di kejauhan
Kemudian adalah pesona
Wajah-Nya tersandar ke kaca jendela
Memandang kita
Memandang kita lama - lama
“ Demikianlah Nabi telah dititahkan
Demikianlah sunyi telah diturunkan
Dan demikian pula, manusia dikirim ke bumi
yang terbentang dari surga
yang telah ditutupkan “
Dan kini tinggalah cinta yang memancar
Dari sunyi balik kaca jendela

            Secara singkat puisi tersebut mengandung makna bahwa seseorang yang ingin berjumpa dengan Tuhan harus mau berdzikir, bermunajat, bermujahadah. Setelah itu, baru Allah memberi tahu manusia bahwa segalanya adalah kehendak Illahi. Dan pada akhirnya adalah sebuah pertanyaan bagi manusia (kita), “dapatkah kita mencapai Surga ?”


Butir Mutiara Indah Kedua
            Dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi”.

            Dalam kehidupan sehari – hari sering kita jumpai nasihat “eling akhirat aja lali donyane”. Kalau kita jabarkan dan kita kembangkan, perintah Allah tersebut sangat luar biasa. Di dalamnya terkandung perintah agar manusia tidak hanya mencari bekal akhirat, tetapi juga bekal hidup di dunia.

            Kepada manusia telah diberikan potensi IQ, EQ, SQ dan potensi - potensi lain. Kepada manusia juga diberikan kompetensi yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Bahkan kepada manusia diberikan keahlian / kemakmuran yang berbeda. Kesemuanya diberikan oleh Allah agar manusia bisa berkarya untuk mencari bekal kehidupan.

            Alam semesta (jagad raya) diciptakan untuk manusia. Dengan potensi yang dimiliki, manusia dapat mengolah, mengusahakan, mengeksplorasi alam untuk kepentingan umat manusia. Karena itu, di dalam Al Qur’an terdapat banyak ayat yang isinya merupakan perintah agar manusia dapat menggunakan akal fikirannya. Sebagai salah satu contoh yaitu Surat Ali Imran ayat 190, yang berbunyi :  


Artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda – tanda bagi orang – orang yang berakal”.

Melalui ayat ini, manusia diperintah oleh Allah untuk memberdayakan akal fikirannya guna mengolah bumi dan alam seisinya agar bisa memberikan manfaat (barokah) bagi dirinya. Artinya manusia diperintah untuk bekerja (dengan keras) agar memperoleh penghasilan yang cukup dan memiliki kehidupan yang patut.

Ayat ini sekaligus merupakan pencerminan bahwa Allah menghendaki agar manusia tidak malas dalam bekerja. Orang yang malas bekerja jangankan bisa bermanfaat untuk orang lain, untuk mencukupi dirinya sendiri pun pasti tidak akan bisa. Seperti Hadist Nabi yang berarti, “Bekerjalah sekuat kemampuanmu seakan - akan kamu hidup selama - lamanya, dan beribadahlah sekuat kemampuanmu seakan – akan kamu akan mati esok pagi”.

            Orang yang rajin bekerja akan memperoleh hasil yang sepadan dengan pekerjaannya. Akan tetapi perlu diingat bahwa penghasilan seseorang tidak selalu dapat diukur dari volume dan jenis pekerjaannya. Banyak fakta menunjukkan bahwa penghasilan seseorang lebih banyak ditentukan oleh kualitas pekerjaan dan keahliannya. Kita juga sering melihat kenyataan adanya orang yang sudah membanting tulang siang – malam, akan tetapi penghasilannya tetap pas – pasan. Ini semua merupakan hak prerogatif Allah untuk menentukannya.

            Sudah menjadi kodrat alam bahwa di dunia ada yang kaya dan ada pula yang miskin. Ada yang rajin bekerja dan ada pula yang malas. Oleh karena itu hendaknya manusia rajin bekerja dan rajin berdo’a agar memiliki kehidupan yang layak bahkan bisa lebih berkecukupan.

Butir Mutiara Indah Ketiga
            “Berbuat baiklah kepada orang lain seperti halnya Allah telah berbuat baik kepadamu”.

            Sebenarnya Allah telah memberikan fasilitas kehidupan bagi manusia. Kalau kita mau merenung, kita dapat melihat, mendengar, merasakan, membau dan menikmati apa yang dianugerahkan Allah kepada kita. Hanya karena setiap saat (tanpa henti) secara otomatis manusia menikmatinya selama hidup, manusia tidak merasa bahwa ada karunia Allah yang tidak ternilai harganya bagi kehidupan. Bahkan manusia sering lupa dan tidak bersyukur. Sebagai contoh adalah Oksigen yang selama hidup di dunia manusia selalu memerlukannya. Itu baru satu item yang namanya oksigen. Belum lagi yang lain – lain yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Itulah sebabnya Allah berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 18,


Yang artinya :
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

            Ketika manusia telah mengetahui bahwa Allah telah berbuat baik kepada manusia hendaknya manusia harus berbuat baik kepada orang lain. Al Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 85, memberikan petunjuk tentang hal itu.


Artinya :
“Barang siapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang baik, niscaya dia akan memperoleh bagian dari (pahala)-nya. Dan barang siapa memberi pertolongan yang buruk, niscaya dia akan memikul bagian dari (dosa)-nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

            Pada butir mutiara indah kedua telah diuraikan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk rajin bekerja sehingga bisa memperoleh penghasilan yang cukup (bahkan lebih) agar memiliki kehidupan yang layak dan patut. Perintah ini sesungguhnya memiliki implikasi yaitu agar manusia yang telah berhasil (sukses) hidupnya mau dan senang menolong, senang berbagi, gemar bersodaqoh, tidak kikir, tidak egois (lebih – lebih bengis dan sadis), dan mau mengembangkan jiwa kesetiakawanan sosial serta solidaritas yang tinggi terhadap sesama. Tidak hanya itu, perilaku simpati yang tidak menyakiti, tutur kata santun, perangai yang ramah, tidak mencaci – maki harus dikembangkan. Kita bisa membayangkan betapa indahnya dunia ini jika hal demikian bisa terwujud. Subhanallah
 
Butir Mutiara Indah Keempat
            “Janganlah berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang – orang yang berbuat kerusakan”.

            Pada awal tulisan ini telah diterangkan bahwa manusia ditunjuk oleh Allah sebagai Khalifah Allah di bumi. Ini berarti manusia diutus untuk menjaga kelestarian alam semesta ini. Alam lingkungan, marga satwa, lautan dengan flora dan faunanya, dll menjadi tanggung jawab manusia untuk menjaga dan merawatnya.

            Pada saat ini telah terjadi berbagai kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh manusia. Oksigen pun telah tercemari oleh polusi, hutan yang berfungsi sebagai jantung dunia pun telah dirusak karena pembalakan liar, sungai – sungai keruh, air yang tercemar dan penuh sampah merupakan wujud kerusakan alam dan lingkungan. Kalau hal ini tidak disadari oleh manusia dan perusakan lingkungan tetap dilakukan, berarti manusia telah gagal dalam menjalankan tugasnya sebagai Khalifah Allah di muka bumi.

            Allah Maha Pengampun, karena itu marilah kita bersama – sama memohon ampun kepada-Nya dan tidak lagi melakukan perusakan di bumi. Kita bangun dan tata kembali lingkungan yang bersih, sehat, indah, segar,bermanfaat demi kehidupan yang akan datang, entah sampai kapan dunia ini akan ditutup dan diakhiri oleh Al-Khaliq, Allah SWT. Marilah kita menjadi pahlawan - pahlawan lingkungan demi masa depan anak cucu Adam ini. Wallahua’lam bissawab

~ ivool insight ~

Source : Al Qur’an, Al Qashas 77, ivool insight, istalastu, slideshare

T A G S :
syaiful, syatir, insight, ivool, andy nuryadmanto, istalastu, istana langit, company, culture, download, food, general, health, japan, jakarta, kuta, kuliner, manajemen, massage, management, network, otomotif, page, social, syur, self, development, pdf, tea, training, tips, video, wine, yellowpages, 3gp, engine.

Sponsored Link :

Way of life

Social Media

I think you will find this useful


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tingkalkan pesan