Sabtu, 05 April 2014

Other Side Of Life


Seorang sahabat bertanya tentang jiwa yang sembuh sekaligus sudah pulang kepada seorang Guru, dengan lembut Guru ini menjawab: “jiwa yang sudah pulang biasanya berhenti mencari, karena sudah menemukannya di dalam diri”.

Sumur Tanpa Dasar

Bagi orang kebanyakan, selalu ada perasaan yang kurang komplit. Jangankan orang sakit dan miskin, manusia yang kaya dan sehat pun merasa ada yang kurang. Itu sebabnya manusia menghabiskan nyaris seluruh umurnya mencari. Dan diantara sekian banyak yang dicari manusia, yang paling menguras energi adalah mencari belahan jiwa. Harta, kekuasaan, keterkenalan semua ditujukan agar mendapatkan pengakuan dari belahan jiwanya.

Biasanya manusia baru berhenti mencari setelah tubuhnya sakit. Sebagian bahkan dihentikan oleh kematian. Meminjam pesan sebuah buku suci dari Tibet: “Jika di hidup ini Anda tidak ketemu yang dicari, maka setelah kematian juga tidak ketemu”. Sebagai akibatnya, perjalanan jiwa seperti sumur tanpa dasar. Menggali, menggali dan menggali, tapi sepanjang perjalanan penuh kegelapan. Tidak ada tanda-tanda cahaya di sana.


Sebagian kecil sahabat perjalanannya bahkan gelap sekali seperti menghuni rumah sakit jiwa, menghuni rumah tahanan, terkena hiv/aids, narkoba. Berkontemplasi dari sini, layak direnungkan pilihan kehidupan yang mencari, mencari, mencari, kemudian kelelahan, sakit-sakitan, menjadi beban banyak orang.

Danau Indah Berkecukupan

Akibat langsung kegiatan mencari tanpa henti adalah defisit energi yang menjadi sumber stres dan penyakit. Sehingga tidak ada pilihan lain kalau mau sembuh dan damai, belajar menghentikan energi mencari tanpa henti ini. Salah satu kekuatan di dalam yang bisa menghentikan energi mencari adalah rasa berkecukupan. Semiskin apa pun Anda, sesederhana apa pun Anda, dengan berkecukupan Anda akan merasa kaya di dalam.

Kodok adalah simbol mahluk yang terus mencari. Ia lompat ke sana lompat ke mari. Dan tidak pernah menemukan di mana madu berada. Kupu-kupu adalah simbol mahluk indah yang ketemu madu kehidupan. Tanpa melompat sana-sini, kupu-kupu langsung terbang menuju titik pusatnya bunga. Dan di sana ia menemukan madu yang sesungguhnya.

Kehidupan serupa lingkaran yang berputar. Malam-siang, gagal-sukses, dicaci-dipuji semuanya berputar. Di pinggir lingkaran, terjadi banyak guncangan (sedih-senang, bad mood-good mood). Di titik pusat lingkaran, tidak ada guncangan hanya kedamaian. Inilah madunya kehidupan. Dan berkecukupan adalah kekuatan yang bisa menghantar seseorang menuju titik pusat lingkaran. Yang paling indah, di titik pusat lingkaran, kehidupan mirip dengan danau indah berkecukupan. Semuanya serba tenang dan indah.

Bunga Cinta

Serupa pohon yang diam tapi mengolah racun karbon dioksida manjadi oksigen yang sangat dibutuhkan, jiwa-jiwa indah yang bermukim di danau indah berkecukupan kelihatannya diam. Tapi di kedalaman yang dalam, ia mengolah bahan-bahan kehidupan menjadi cahaya kehidupan. Masa lalu penuh pelajaran, masa depan penuh kesempatan pelayanan, masa kini adalah tempat di mana semua sampah diolah jadi bunga indah. Itu sebabnya meditasi memfokuskan diri pada pentingnya hadir sepenuhnya di saat ini. Dari rahim kekinian inilah kemudian lahir bayi pelayanan.

Pelayanan serupa taman terindah bagi jiwa-jiwa yang indah. Bunda Teresa, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Thich Nhat Hanh semuanya tumbuh indah di taman pelayanan. Mahatma Gandhi bahkan sangat eksplisit dalam hal ini: “cara terbaik untuk menemukan diri adalah melenyapkan diri di tengah pelayanan pada orang lain”. Bagi jiwa biasa, pelayanan itu kewajiban yang menyakitkan. Ia diancam neraka dan rasa bersalah. Bagi jiwa yang indah, pelayanan seperti taman bagi kupu-kupu.

Ia yang menghabiskan banyak waktu di taman pelayanan mengerti, tidak saja di luar sana kita melihat bunga mekar. Di dalam sini juga ada bunga mekar. Ia adalah bunga cinta. Ia adalah bunga terindah yang pernah mekar. Di titik ini, jiwa tidak lagi mencari belahan jiwa. Terutama karena cinta itulah belahan jiwa yang sesungguhnya.

========
 Source : www.gedepramascompassion.com

tags : ivool, insight, andy nuryadmanto, istalastu



SPONSORED LINK

Way of life
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tingkalkan pesan